Sabtu, 04 Oktober 2008

Good? bad! Wrong? Right!

Ryu: What's cookin' doc? *ngeliat panci isi aer mendidih*
old Fashioned Frendt: bisa liad dunk? ada mie instan, en telor plus aer mendidih.
Ten Ryu: oh, mau bikin mie dadar?
old Fashioned Frendt: haaa? emang bisa yah dimasak kayak gituh?

Ada banyak cara untuk melakukan sesuatu, mulai dari bidang masak kayak di atas, bidang yang akademis macem matematika (ngerti rumus, ngapal rumus sampe nyontek) sampe cara minta tolong sama orang lain (bisa maksa, nyopet, minta, sampe manipulasi) untuk mendapatkan apa yang kita sebut result. There are 'good' ways and 'bad' ways and there aren't only one way each. Ada berbagai macem cara yang digunakan orang2 untuk menunjukkan mereka beradab, berpendidikan dan beragama. Well, in this country Ten Ryu agak lebih sering melihat bad result no matter which ways even though the 'original' objective is right. how bad is it turned out? as bad as you can get. T_T

Mari kita liad ke beberapa kejadian konyol yang terjadi belakangan ini yaitu pembagian zakat yang memakan korban. Membagi zakat bagi kaum muslim itu memberikan pahala alias good result in a good way buat bikin pahala. Tapi berhubung orang2 yang dibagiin zakat ada yang gak tau diri, tukang serobot en kagak sabaran maka si muslim baik nati namun kurang beruntung itu malah berurusan sama pengadilan gara2 dituntut sama keluarga yang dibagiin zakat. this is one of example where good objective and good ways become wrong and bad. uda ngeluarin duid buat amal malah dituntut di pengadilan. apes banget gak tuh sodara2?

Di luar negri, ada orang yang membuat bad way jadi good results. Kisah penjajahan dimana rakyat seharusnya berjuang melawan penjajah malah menerima penjajah dan tidak melawan saat diinjak2 (menyerahkan diri buat diinjak malah) yang mengakibatkan penjajah itu sendiri gak tega menjajah negri itu pake kekerasan lagi. wew... what a story, ridiculous? believe it. Meskipun mungkin kalo dilakukan di Indo malah memperburuk keadaan dengan banyaknya hewan buas yang menyamar jadi manusia. Contoh yang baik ini berhubungan sama seorang tokoh terkenal yang namanya jadi restoran steak yang juga mayan terkenal. Siapa? Gandhi. *air liur netes ngebayangin steak*

Another example in our country? don't worry, ada banyak! cuma banyakan yang negatip. ini salah satu contohnya: Untuk memperlihatkan bahwa mereka kaum beragama yang saleh (kebanyakan dari mereka) dan berpendidikan orang2 tertentu mulai berusaha membuat hukum agama menjadi senjata untuk memerangi tindak2 kejahatan dan (yang kata mereka) setan2. Bentuknya? razia minuman keras, razia PSK, dll. Wew... kalo dipikir begitu memang kedengerannya keren kan? Tapi bukankah sebagian besar orang berpikir boleh atau tidaknya berbuat sesuatu melalui kemampuannya sendiri? manusia kaga boleh menentukan apa yang boleh dan tidak buat manusia lain toh? kayak orang2 yang kaga kuat iman dan memaksa umat agama lain berbuat sesuatu untuk mempermudah ibadah mereka gitu... singkat kata mereka merazia kayak gitu mungkin karena mereka sendiri tidak tahan godaan dan takut orang lain tergoda. betul? What a turn of purpose huh? kepingin meningkatkan pahala malah mengganggu orang lain, sungguh terbalik sodara2. Munafik? betul. ;p

Others? last one karena saia sudah ngantuk, sekarang udah lewat jam 7 pagi sih (itu sekitar jam 11 malam waktu vampir muahahaha...) Menjadi pejabat dalam pemerintahan memang menghasilkan banyak hal: kekuasaan, uang, perlakuan VIP, *uhukkesempatankorupsiuhuk*, dll. Tapi untuk mendapatkan itu semua dibutuhkan biaya yang tidak sedikit (berhubung negara UUD_Ujung-Ujungna Duid) sehingga banyak orang sampe jatuh miskin gara2 usaha jadi pejabat gagal. so? A good way to create a chance to build a country malah jadi sejenis ladang perjudian (legal?) untuk mengambil keuntungan what a bad way indeed. (since gambling is never a good idea in the usual terms)

"Every step that I take will become a path" -Master Zen Ikyuu
"Strength won't be there without gentleness, to be gentle is to be the hardest thing." -Sahashi Katami
"a plus and plus is not neccesarily create more plus these days." -Ten Ryu

2 komentar:

Anonim mengatakan...

well, for moi, nobody and no way that something is the absolute right or absolute wrong.

It really depends ke pola pikir orang2 yang melakukannya. Kalau menurut mereka itu benar, ya itu benar dan sebaliknya. Kalau menurut organisasi garis keras merusak tempat sekaligus merebut HAM orang lain demi kepentingan masyarakat itu benar, well, what can we say?

tapi semua kembali lagi ke etika. Meskipun merasa benar, kita hrs melihat dampak apa saja yang akan ditimbulkan oleh tindakan itu. Dampaknya terutama untuk tindakan radikal, fitnah, dll. Bagaimana masyarakat akan menilai kita, radikal tanpa prikemanusiaan dan tidak mengenal dialog? atau yang lebih mengenal etika yang berbudaya dan bermasyarakat.

Ten Ryu mengatakan...

@Johan> Well, memang tidak ada yang murni benar atopun salah, tapi manusia sekarang (khususna sebagian besar petinggi di indo) tau jelas perbedaan murni yang mana menguntungkan atau merugikan kantong or their pal-in-their-pants namun tampaknya mereka tidak tahu yang mana bisa merugikan hati nurani atau reputasi mereka, pathetic.

For all things being an open minded person is the best answer huh?