Selasa, 24 Februari 2009

House, Home and Homey

Dalam padanan kata bahasa Indonesia house dan home memiliki arti yang sama yaitu kata 'rumah'. Namun meskipun keduanya memiliki arti 'rumah' namun keduanya memiliki makna yang sangat berbeda. Well, idealnya sih jika seseorang memiliki rumah seharusnya dia memiliki keduanya berhubung tidak ada perbedaan artian dalam bahasa kita namun masalahnya kebanyakan orang yang punya house yang megah malah tidak memiliki home how ironic... seumpama punya dompet tapi gak punya uang. *ngakak sambil guling2*

Ten Ryu mungkin salah satu dari banyak orang yang lebih menginginkan keberadaan home ketimbang house (meskipun saia akan pastikan untuk punya 2-2nya nanti wakakaka). Banyak orang ber-house megah malah tidak merasa memiliki home karena pada saat dia sampai di house dia tidak merasa berada di home-nya berhubung ada 'sesuatu' yang membuat house itu tidak mampu menjadi home bagi orang itu. Ada juga orang2 yang tidak memiliki house tapi bisa mengatakan sebuah komunitas sebagai home-nya peribahasanya sih 'makan gak makan asal kumpul!' wekekeke... So, apa sih home itu sebenarnya? mengapa home lebih penting daripada house? *mikir*

Home adalah sebuah tempat untuk pulang (a place to return to) berbeda dengan house yang mengacu pada bangunan fisiknya. Home juga tidak harus memiliki wujud. Menurut Ten Ryu, Home is where your heart reside not place where you spent most of your time but a place where you can say that 'I belong here'. Banyak rumah jaman sekarang tidak membuat yang tinggal di dalamnya merasa diterima dan kehilangan nilainya untuk menjadi sebuah home buktinya? banyak orang stress sampe bunuh diri, anak2 salah pergaulan dan banyak keluarga yang tidak harmonis.

Sebuah home PASTI akan memberikan perasaan yang comfy meskipun kita sedang dilanda masalah karena pastinya di sana ada 'orang rumah' (sebut aja 'homey' biar gampang hehe...) yang akan membantu kita jika ada masalah atau paling engga sih jadi temen curhat ato ngobrol gituh... *duh malah curhat* (this blog is my home then? O_o) <-kumat ngaconya
Banyak orang di dunia ini yang ketika sedang stress dan baru sampai di house mereka dan mereka akan TAMBAH stress karena di house mereka tidak ada homey yang mengcomfort mereka. Memang seharusnya keluarga menjadi homey primer namun biasanya kasusnya tidak sesederhana itu misal aja:

Case #1: seorang anak yang lagi bete en kesel abis dimarahin guru karena dapet nilai jelek pas sampe di rumah malah ditambahin omelan dari nyokapnya karena hal yang sama. Ato seorang bapak yang capek pulang kerja tapi di rumah pada lagi ribut2 gak penting sampe akhirnya si bapak gak bisa istirahat... Wew... familiar? Keluarga yang seharusnya menjadi homey malah bikin tambah rusuh suasana hati... AAAAAARRRGGGHH!!! Banyak sekali orang yang tidak bisa menjadi homey bagi keluarganya karena mereka tidak mau menerima apa adanya. -> alhasil banyak orang tertekan di rumah. This is sad... >_<
Case #2: seorang anak yang menjadi juara kelas namun ketika sampai di rumah ia malah bete karena bonyoknya lagi kerja. Memang sih hasil kerjanya untuk si anak (hopefully), tapi rasa bangga itu kayak roti: kalo kelamaan bisa jamuran en malah bikin keracunan. Homey yang seharusnya bisa menjadi tempat berbagi rasa bangga malah bikin rasa bangga berubah jadi rasa kesepian... ->gak heran banyak anak rusak pergaulannya >_<

Banyak orang yang punya home tapi tidak punya house dan banyak juga orang yang punya house tapi gak punya home. To the young 'uns... build a house which you can call home and try to be a homey to the people closest to you OK? ^_^

'Your home is where you keep your treasure of lifetime' -Ten Ryu
'My home is between your arm' -Ten Ryu (I wish I can say this to my wife someday wkwkwkwk...)
'The main characteristic of one's home is the smile of happiness in one's lips' -Ten Ryu
'I wish the time will come when I receive a true 'okaerinasai' as a reply for my 'tadaima'' -Ten Ryu

Senin, 09 Februari 2009

End of Battle

Wew... sidang sudah selesai barusan dan saia dapet nilai B dari dosen yang konon memiliki predikat 'seram' waktu nyidang. Well, akhirnya pertarungan selesai dan saia lulus. *pose kemenangan*

Should I be happy? proud? excited? or should I feel differently? yet, I felt nothing. I felt nothing at the end of it (di luar fakta kalo Ten Ryu senang dapet nilai B sih... but it can only make me happy less than an hour until it run dry when I arrived at home... >_<) tapi hal yang besar di sini adalah saia sudah lulus sidang tapi mengapa tidak ada rasa apapun dalam diri saia? Not even a glimpse of satisfaction... T_T

The same thing happened when I just graduated from high school, felt nothing but loneliness 'coz it means separation from the usual friends. Did I miss something? Then what the hell is so special about that? self improvement? nope! or is it for the ego? nope! All of them feel great when they finish their study, but why not me? I can feel happier when listening to a music for heaven sake!! Argh... it makes me go nuts!! >_<

"I felt afraid when this project is over and so our relationship is too" -Ten Ryu

Rabu, 04 Februari 2009

Kind of jobs...

Belakangan ini Ten Ryu agak terlalu sering menghabiskan waktunya di depan skripsi dan Nintendo DSnya berhubung hanya DSnya ajah yang bisa jadi pelipur lara dikala stress. Di kesempatan itu, Ten Ryu main Trauma Centre 2, en Phoenix Wright series. Dengan membandingkan game tersebut dalam kehidupan nyata dan bidang pekerjaan yang Ten Ryu kerjakan (alah... skripsi doang...) ada sebuah perbedaan yang mencolok dalam aspek tujuan. Perbedaan tujuan ini bisa disimpulkan menjadi tujuan untuk mempermudah keadaan dan tujuan untuk mengubah keadaan.

Dengan bidang Ten Ryu yang sekarang ini, Ten Ryu hanya bisa mengubah sesuatu yang sulit menjadi lebih mudah. Misal saja orang 2 yang dulu mengetik menggunakan mesin tik sekarang bisa menggunakan PC atau bermain permainan 2 orang dimana orang kedua digantikan oleh komputer. All I can do is to make it easier tapi jika gagal atau terjadi kesalahan maka Ten Ryu mungkin hanya akan kehilangan reputasi, kepercayaan dan mengalami kerugian but that's all. A relatively light burden eh?

Tapi pekerjaan seperti Dokter dan pengacara atau pekerjaan sejenisnya, mereka mendapat tanggung jawab yang lebih besar daripada sekedar kerugian dan reputasi. Mereka mendapat tanggung jawab untuk mengubah hidup orang lain dan memperbaikinya. Misal saja dokter yang harus melakukan operasi, salah sedikit saja orang tersebut jadi cacat atau nyawa orang yang dioperasi bisa melayang. Kalo pengacara tentu saja, orang yang seharusnya tidak bersalah bisa dihukum oleh perbuatan yang tidak dilakukannya ataupun bisa membebaskan orang yang pantas dihukum (which is bad). Kedua pekerjaan ini memberikan tanggung jawab yang besar, jauh lebih besar daripada sekedar kerugian dan reputasi yaitu hati nurani dan masa depan orang lain. It is heavier than we might ever think.. >_<

well... if you want to pick a profession, don't forget to consider the responsibility and your own capacity as a human. but no matter what profession you pick, be a good one and never forget your true objective. :)

"Rich people blinded by money easily, usually their family is happier even when they still in poverty" -Ten Ryu

Rusuh!!

How will this world will turn out? Permasalahan di Timur Tengah dimulai lagi, alasan? Hamas meroket Israel duluan. Kematian anggota DPRD di SumUt, alasan? Politik SARA. what next? I hope the next one is peace. *mengkhayal berlebihan*

Dalam kasus Timur Tengah, Ten Ryu sampe agak bete juga ngedenger soal Hamas yang cenderung tidak tahu posisi (Bah, udah gencatan senjata tapi malah ngeroket lagi!) dan Israel yang cenderung terlalu keras sampe nyerang ke sekolah2 sampe korban kaum sipil khususnya anak2 jatuh banyak. (Watch where you aim pal!!)

Is it because of teritory problem? Or is it race? Really, I want to know about the brain of those people. Apakah karena yang hilang ketika membunuh adalah nyawa orang lain sehingga manusia bisa membunuh semudah itu? ataukah mereka tidak berpikir kalau yang mereka bunuh adalah manusia juga? I amazed by humans while sometimes they could become gentle to each other but yet, they could kill other humans like killing a bug even though the prey is their own family.

Ten Ryu sering berpikir apa yang akan para pembunuh lakukan jika suatu waktu mereka akan dibunuh oleh orang lain. Apakah mereka akan memohon ampun? apakah mereka akan memohon agar tidak dibunuh? dan apa yang akan terlintas di kepala mereka ketika melakukannya... apakah mereka akan menghargai nyawa jika setelah itu mereka selamat? ataukah mereka akan menganggap nyawa hanyalah sesuatu yang bisa diambil dengan menekan pelatuk pistol? it's still a mystery...

Lain lagi dengan berita di SumUt: Ten Ryu berpikir bahwa di negara yang para penduduknya seperti anak2 SD ini, kita belum mampu untuk berdemokrasi. Cara terbaik untuk menyelesaikan masalah ini adalah meniadakan DPR-MPR bersama dengan kursi kepresidenan untuk diganti dengan sebuah dewan kerakyatan yang berisi para penyalur aspirasi terpilih yang dalam hal ini mungkin bisa diisi oleh orang2 yang telah dicalonkan sebagai Presiden. (I remember the Romans before Julius Caesar era)

Para calon presiden ini seharusnya bisa merendahkan diri untuk bekerjasama memperbaiki nasib rakyat daripada saling serang. Dengan pembuatan dewan yang terdiri dari orang2 yang bersaing, mereka diharuskan bisa bekerjasama sementara masing2 mereka juga bisa saling mengawasi. Untuk perwakilan daerah tidak ditunjuk rakyat (berhubung politiknya hampir pasti kotor dan korup) tapi ditunjuk dari pusat dan sekali lagi tidak satu orang tetapi dalam sebuah tim yang masing2 anggotanya dapat saling mengawasi. Tentu saja semuanya dilaksanakan dengan transparan dan terbuka sehingga jika ada opini yang muncul bisa diperhatikan (meski mungkin akan ada unsur keterpaksaan wakakaka...). Last thing: Tindakan anarkis TIDAK AKAN DITOLERIR. well, That's all my thought for this country political and constitution solution. :D

"One with absolute power, corrupt absolutely" -Anonymous